Minggu, 06 Desember 2015

BIOGRAFI HALMAYATI

0

“Di Mana Ada Kemauan, di Situ Pasti Ada Jalan”

Bulan April 1971
            Melak adalah sebuah desa terpencil di Kalimantan Timur. Desa yang sangat jauh dari pusat kota. Di desa inilah seorang bayi perempuan yang cantik terlahir ke dunia. Bayi perempuan ini lahir secara normal tepat pada hari Senin, tanggal 5 April 1971 dan diberi nama Halmayati oleh kedua orangtuanya. Nama yang telah diberikan orangtuanya sebenarnya tidak memiliki arti. Maklum, orangtua jaman dulu tidak pernah memikirkan pentingnya arti sebuah nama. Yang penting anaknya bisa dipanggil dan diingat oleh mereka. Ia lahir dari rahim seorang ibu yang asli keturunan suku Dayak Tunjung bernama Elisabeth dan ayahnya juga yang merupakan seorang kepala adat suku Dayak Tunjung di desa tersebut bernama Kornelius atau biasa dipanggil Pak Tempo oleh warga sekitar.
Walaupun dilahirkan dengan nama Halmayati, ia sering dipanggil dengan nama panggilan Dawam oleh keluarganya. Semua anggota keluarga pasangan suami istri Kornelius dan Elisabeth ini pasti memiliki nama panggilan khusus dan sangat berbeda dari nama asli bahkan kedua suami istri juga memiliki nama panggilan sendiri. Untuk istrinya kadang dipanggil Ibu Asih oleh warga sekitar. Ini disebabkan orangtua di kampung jaman dulu sering lupa nama anaknya sendiri karena mempunyai anak yang banyak, sehingga terkadang harus memanggil dengan nama panggilan yang mudah diingat. Selain itu, nama panggilan yang sangat berbeda jauh dari nama asli juga disebabkan oleh adat yang turun temurun dari suku Dayak Tunjung.

Masa kecil Halmayati
            Halmayati adalah anak terakhir atau anak bungsu dari 10 bersaudara. Ia mempunyai empat saudara laki-laki dan lima saudara perempuan. Keempat Saudara laki-lakinya bernama Safarudin, Partai Ishaq, Yohanes Budi, dan Junaidi. Kemudian, kelima saudara perempuannya bernama Yuliana, Sunarti, Maryati, Beti, dan Nuning Kuswani.
            Sejak kecil Halmayati terlihat hidup seperti anak kecil kebanyakan. Bermain bersama teman-temannnya. Namun, kehidupannya tidak sebahagia anak-anak lain. Kedua orangtuanya sangat disiplin, sehingga ketika orangtuanya menyuruhnya untuk pulang ia harus pulang. Orangtuanya juga sangat sibuk bekerja sehingga tidak pernah bermain bersama anaknya. Seringkali Halmayati diam-diam keluar rumah untuk dapat bermain bersama teman-temannya. Pernah suatu hari Halmayati kecil ketahuan oleh ayahnya diam-diam main tanpa ijin, sehingga Halmayati harus mendapatkan hukuman tidak boleh keluar rumah selama dua hari. Kedua orangtuanya tidak pilih kasih dalam mengajar 10 orang anaknya termasuk Halmayati. Walaupun anak paling bungsu, Halmayati tidak pernah dimanja. Didikan orangtuanya memang sangat disiplin, tetapi orangtuanya tidak pernah memakai kekerasan dalam mengajar anak-anaknya untuk disiplin. Hanya hukuman-hukuman kecil yang bisa membuat anak-anaknya jera.
            Hidup di desa membuat Halmayati harus bekerja sejak kecil. Ia harus membantu orangtuanya untuk meringankan beban mereka. Karena waktu itu ia masih kecil, jadi ia hanya sebatas membantu memberi pakan ternak milik kedua orangtuanya setiap hari. Sementara saudara-saudarnya yang lain harus bekerja menoreh pohon karet di hutan, memancing di sungai, atau berjualan di pasar. Orangtuanya memiliki ternak yang banyak sekali, seperti babi hutan, ayam kampung, dan bebek. kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai petani sehingga cukup sulit menghidupi ke 10 anaknya. Selain itu kedua orangtuanya juga tidak pernah mengenyam pendidikan sehingga tidak peduli dengan pendidikan anak-anaknya.
            Selain itu, Halmayati kecil juga merupakan seseorang yang taat beribadah. Sejak kecil ia sering pergi ke gereja untuk sekolah minggu di gereja dekat rumahnya. Teman-temannya membawanya menjadi anak yang taat dengan Tuhan. Gereja Kemah Injil Indonesia Melak adalah tempatnya beribadah. Namun ada satu hal yang mengganjalnya, yaitu ayahnya selalu melarangnya. Ayahnya tidak mengijinkannya pergi ke gereja, karena Halmayati harus selalu membantu pekerjaan orangtuanya. Ayahnya yang saat itu merupakan kepala adat yang sangat kuat dengan ilmu hitam tidak percaya dengan adanya Tuhan sehingga melarang anaknya untuk beribadah. Tetapi Halmayati tetap kuat dalam pendiriannya. Untuk tetap bisa beribadah dirinya terkadang harus berbohong kepada ayahnya, misalnya ia minta ijin untuk bermain bersama teman padahal ia pergi ke gereja. Hal ini terkadang terus dilakukannya setiap minggu untuk tetap bisa beribadah.

Keluarga baru Halmayati
             Saat umurnya menginjak 5 tahun, Halmayati berpikir tidak ingin mempunyai nasib yang sama dengan kedua orangtuanya. Ia berusaha ingin mendapatkan pendidikan. Dia meminta kedua orangtuanya untuk bisa sekolah. Kedua orangtuanya menolak karena tidak bisa membiayainya bila harus sekolah. Saudara-saudaranya yang sekolah hanya beberapa sisanya memilih untuk bekerja. Melihat kakaknya, Nuning yang saat itu bisa sekolah, Halmayati menjadi iri dan ingin bisa seperti kakaknya. Orangtuanya mau menyekolahkannya, tapi tidak bisa bila harus membiayainya. Akhirnya karena Halmayati memaksa, kedua orangtuanya mencari jalan keluar untuk Halmayati bisa sekolah. Ayahnya mempunyai saudara jauh yang menginginkan anak karena saudaranya ini sampai sekarang belum dikaruniai buah hati. Ayahnya menitipkan Halmayati kepada saudara jauhnya untuk Halmayati dijadikan sebagai anak angkat. Ia dan saudara ayahnya sepakat dan menerimanya dengan senang hati karena sama-sama diuntungkan. Halmayati bisa sekolah dan Saudara ayahnya bisa merasakan punya anak. Walaupun akan jarang bertemu dengan kedua orangtuanya, Halmayati tetap semangat karena bisa bersekolah.
            Kedua orangtua angkatnya ini masih tinggal dalam di desa yang sama, namun jaraknya sangat jauh dengan orangtua kandung Halmayati. Drs. Yohanes Lampung asli keturunan suku Kutai dan Runyai yang sama-sama keturunan suku Kutai adalah orang tua angkat bagi Halmayati. Halmayati diangkat sebagai anak pada saat umurnya menginjak 5 tahun. Walaupun berbeda suku, Halmayati bisa beradaptasi cepat dengan keluarga barunya karena suku Kutai dan suku Dayak Tunjung memiliki adat yang tidak berbeda jauh.

Mimpi yang terwujud
            Setelah 1 tahun beradaptasi dengan keluarga barunya, akhirnya Halmayati bisa mulai disekolahkan. Halmayati masuk ke Sekolah Dasar di umur 7 tahun yaitu pada tahun 1977. Dia didaftarkan di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Melak. Sekolah Dasar Negeri 14 Melak adalah tempat ia akan bertemu teman-teman baru dan guru yang akan mengajarkannya. Sekolah Dasar ini merupakan satu-satunya sekolah negeri di desa ini sehingga menjadi sekolah favorit. Letaknya lumayan jauh dari rumahnya. Setiap hari ia harus berjalan kaki untuk menuju ke sekolah karena pada saat itu untuk mendapatkan kendaraan juga sulit. Kira-kira 10 kilometer harus ia tempuh setiap hari untuk ke sekolah. Pada awalnya ia lelah, lama kelamaan ia menjadi terbiasa berjalan kaki ke sekolah.
Halmayati adalah seorang anak yang sangat rajin dan pintar di sekolahnya. Ia tidak ingin orangtuanya kecewa karena telah bersusah payah menyekolahkan anaknya, walaupun ternyata harus dititipkan ke orang lain. Karena alasan inilah ia memiliki semangat belajar yang tinggi. Peringkat satu selalu diraih olehnya saat kelas satu, dua, dan tiga. Melihat prestasi yang luar biasa dan semangat belajar yang tinggi, Halmayati diperbolehkan langsung naik dari kelas tiga ke kelas lima atau biasa disebut akselerasi. Halmayati tidak perlu bersusah payah belajar di kelas empat.
Pihak sekolah langsung menaikkannya ke kelas lima karena yakin Halmayati bisa langsung menerima pelajaran dengan baik. Pihak sekolah tidak salah menaikkannya langsung ke kelas lima karena Halmayati bisa menerima pelajaran dengan baik dan nilai Halmayati tetap tinggi. Namun, karena pelajaran yang begitu berat untuk anak seusianya peringkat Halmayati harus agak sedikit menurun. Walaupun tidak pernah peringkat satu lagi, nama Halmayati masih tetap ada di tiga besar.

Mulai malas
Karena bangga akan prestasi Halmayati, kedua orangtua angkatnya memberi kesempatan untuk meneruskan pendidikannya. Setelah lulus dari sekolah dasar di umur 12 tahun ia melanjutkan ke pendidikan selanjutnya yaitu sekolah menengah pertama. Ia didaftarkan di sekolah menengah pertama negeri di desa itu yaitu SMPN 1 Melak. Di tingkat ini prestasi Halmayati sudah tidak seperti di Sekolah Dasar. Prestasinya bisa dibilang menurun. Karena pergaulan ia sering bolos dan lari dari kelas.
Pernah suatu hari waktu di bangku kelas dua SMP, ia tidak masuk sekolah. Ia mengikuti temannya untuk mencari buah-buahan di hutan. Ia mengikuti temannya hanya ingin tahu bagaimana rasanya saat bolos sekolah. Untungnya selama bolos ia tidak pernah diketahui oleh orangtuanya. Walaupun bisa dibilang sering bolos, tapi prestasinya masih dibilang lumayan. Selama tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama ia tidak pernah lagi berada di peringkat tiga besar, namun namanya tetap berada di peringkat 10 besar. Pengaruh pergaulan membuatnya menjadi kehilangan semangat belajar. Ia hanya belajar kalau sedang ada ulangan dan mengerti materi dari penjelasan gurunya.
Ia lulus SMP dengan nilai yang bisa dibilang bagus. Walaupun sering membolos dan lari dari kelas, orangtua angkatnya tidak curiga dengan penurunan nilai yang terjadi pada anak angkatnya. Orangtua angkatnya menganggap penurunan nilai ini masih bisa dianggap wajar. Orangtua angkatnya mengatakan kepada dirinya agar tetap belajar, agar nilainya selalu bagus. Setelah dari SMP ini ia sudah mulai bersiap-siap akan memasuki dunia Sekolah Lanjutan tingkat Atas.

Semakin Malas
Halmayati lulus Sekolah Menengah Pertama pada umur 15 tahun. Di tahun 1986 ia melanjutkan pendidikannya. Walaupun mengetahui prestasinya yang menurun, orangtua angkatnya tetap memberikan pendidikan lanjutan bagi Halmayati. Ini disebabkan orangtua angkatnya telah berjanji akan memberi pendidikan yang layak untuk Halmayati. Pada tahun 1986, Melak hanya memiliki satu Sekolah Menengah Atas. Pada jaman dulu bukan Sekolah Menengah Atas namanya, namun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Di Melak hanya mempunyai SLTA Negeri. jaman dulu memang namanya hanya SLTA Negerti, tapi sekarang SLTA tersebut sudah berubah menjadi SMA Negeri 1.
Di Sekolah Menengah Atas ini Halmayati menjalani kehidupannya layaknya remaja-remaja yang baru menginjak masa pubertas pada umumnya. Melirik-lirik pria yang disukainya. Menjalani hubungan yang dinamakan pacaran dengan pria yang ia suka. Terhitung sudah lima kali ia berpacaran dengan pria yang berbeda.
Pada waktu ini Halmayati sudah jarang mendapatkan prestasi. Peringkatnya selalu naik turun, tidak stabil setiap semesternya. Sekali lagi karena pergaulan membuatnya menjadi malas belajar. Ia ingin merasakan dan menikmati indahnya masa SMA sehingga tidak mau dipusingkan dengan pelajaran yang terlalu membebani.
Tiga tahun ia jalani masa SMA dengan baik dan tanpa kendala. Walaupun tanpa prestasi, hal ini tidak membuatnya sedih. Yang ia pentingkan sudah bisa lulus saja, ia sudah senang karena itu adalah janjinya kepada orangtua kandungnya. Pada tahun 1989 ia lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Karena rindu dengan orangtua kandungnya, dia ingin kembali ke rumah orangtuanya untuk melihat keadaan orangtua kandungnya. Ia pun meminta ijin ke orangtua angkatnya kalau ingin pulang ke tempat orangtua kadungnya. Selama bersekolah Halmayati tidak pernah tau keadaan orang tuanya karena jaman dulu tidak ada alat komunikasi satupun untuk menghunungi orangtuanya. Selain itu, ia juga tidak memiliki kendaraan untuk melihat keadaan orangtuanya karena jarak yang begitu jauh. Jadi, selama 11 tahun ia tidak pernah tahu keadaan orangtuanya.

Bertemu orangtua kembali
            Tahun 1989 Halmayati siap kembali ke keluarga asalnya. Setelah 11 tahun tidak bertemu dengan orangtua kandungnya, akhirnya Halmayati diantar oleh orangtua angkatnya kembali ke keluarga asalnya. Tanpa mengabarkan terlebih dahulu kepada orangtua kandungnya, Halmayati kembali ke rumah orangtua kandungnya. Selama bertahun-tahun tidak bertemu membuat orangtua kandungnya lupa dengan wajah Halmayati sekarang. Orangtua kandungnya terkejut campur senang melihat kedatangan Halmayati. Tujuannya kembali ke orangtua kandungnya adalah ingin membantu pekerjaan orangtuanya.
            Tidak ada perbedaan selama 11 tahun ditinggal. Orangtuanya masih tetap sehat, hanya umur saja yang bertambah. Selama tinggal bersama orangtuanya, Halmayati ingin membahagiakan orangtuanya lagi. Jadi setiap hari ia membantu orangtuanya untuk bertani, mengurus ternak, dan menoreh pohon karet. Penghasilan yang didapat dari menoreh pohon karet bisa untuk menghidupi dirinya sendiri, menabung untuk masa depannya, dan membagikan sedikit penghasilannya ke orangtuanya untuk digunakan.

Kembali melanjutkan pendidikan
            Tanpa terasa telah setahun Halmayati membantu orangtuanya untuk membantu membiayai hidup keluarga. Halmayati berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Halmayati bingung bagaimana bisa melanjutkan ke perkuliahan kalau tidak ada biaya. Hasil tabungannya belum cukup untuk membiayai kuliahnya. Lagipula di desa ini tidak ada Perguruan Tinggi, sehingga ia perlu pergi ke kota untuk kuliah. Akhirnya, Halmayati memberitahu kedua orangtuanya kalau ingin melanjutkan pendidikannya. Orangtuanya awalnya melarang agar jangan meninggalkan mereka di kampung sendiri terus. Namun, Halmayati tetap bersikeras dengan pendiriannya agar bisa melanjutkan sekolah. Ia mengatakan kalau lulus nanti bisa mendapatkan pekerjaan, jadi bisa membantu perekonomian keluarganya. Walaupun tak rela, akhirnya kedua orangtuanya setuju untuk melanjutkan sekolah anaknya.
            Kedua orangtuanya kembali menghubungi orangtua angkat Halmayati dahulu. Kedua orangtuanya mengatakan kalau ingin menitipkan lagi anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Tapi Halmayati tidak sendirian. Ia dititipkan bersama kakaknya, Nuning Kuswani, yang berbeda umur 2 tahun dengannya. Keduanya akan melanjutkan pendidikan bersama di salah satu Perguruan Tinggi karena Nuning ingin melanjutkan kuliah juga. Orangtua angkat Halmayati sudah setahun lalu pindah, saat Halmayati kembali ke orangtua kandungnya. Orangtua angkat Halmayati pindah ke Tenggarong, salah satu kota di Kalimantan Timur. Jaraknya dari Tenggarong ke Melak sangat jauh. Jaraknya menempuh waktu 10 jam perjalanan.
Kedua orangtua angkatnya setuju untuk membiayai Halmayati dan Nuning melanjutkan pendidikannya. Perguruan Tinggi Negeri yang dipilihkan kedua orangtua angkatnya untuk Halmayati dan Nuning adalah Universitas Unikarta. Tahun 1990 kedua kakak beradik ini masuk di universitas tersebut. Universitas Unikarta merupakan salah satu universitas terbaik di Tenggarong. Halmayati mengambil jurusan Adminitrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Unikarta Tenggarong. Ia memilih jurusan ini karena menurutnya ini jurusan yang menarik.



Bertemu calon suami
            Perkuliahan dijalaninya sama seperti mahasiswa lainnya. Menerima tugas dari dosen yang menurutnya kadang sangat berat. Tidak masuk di kelas yang tidak disukainya juga merupakan kegiatan mahasiswa lain yang sering dilakukannya. Mencari pacar tak lepas dari masa kuliah Halmayati. Ia bertemu sosok laki-laki yang menurutnya menarik saat berada di semester enam.
Saat semester enam, Nuning mempunyai pacar bernama Imam. Imam adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan kayu. Imam mempunyai teman bernama Kandiawan yang juga merupakan karyawan di perusahaan tersebut. Karena kasihan melihat Halmayati belum menemukan kekasih hatinya, akhirnya Nuning menjodohkan Halmayati dengan Kandiawan. Kandiawan merupakan seorang pemuda asli suku Jawa. Ia sedang ditugaskan ke Kalimantan sehingga bisa sampai di Tenggarong. Mereka berdua akhirnya berkenalan satu sama lain. Kandiawan yang saat itu juga sedang sendiri tidak menolak saat dikenalkan dengan wanita secantik Halmayati. Karena tertarik satu sama lain akhirnya mereka berdua menjadi dekat. Perbedaan umur yang cukup jauh tak menghalangi mereka. Perbedaan umur keduanya adalah lima tahun. Beberapa bulan mereka jalani proses pendekatan layaknya pemuda-pemuda lain yang sedang jatuh cinta hingga akhirnya mereka pun resmi berpacaran.
            Mereka menjalani masa-masa pacaran layaknya pasangan-pasangan lain yang sedang dimabuk cinta. Hari-hari dihabiskan untuk bersama. Suka duka dilalui bersama. Saat semester tujuh, Halmayati ingin memperkenalkan Kandiawan kepada kedua orangtuanya. Kandiawan juga tidak malu-malu saat ingin diperkenalkan dengan keluarga Halmayati. Mereka berdua berangkat bersama dari Tenggarong ke Melak menggunakan mobil pinjaman dari perusahaan.
            Setelah sampai di rumah orangtuanya, akhirnya Halmayati memperkenalkan calon suaminya kepada kedua orangtuanya. Orangtuanya tanpa berpikir panjang langsung setuju asal anaknya bahagia dengan lelaki pilihan hatinya. Halmayati senang karena sudah diijinkan oleh kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya juga menyarankan agar segera menikah sebelum mereka meninggal mengingat umur mereka yang semakin tua. Halmayati menyanggupi permintaan kedua orangtuanya. Di keluarganya hanya Halmayati dan Nuning saja yang belum menikah, sisanya sudah menikah semua bahkan sudah ada yang memiliki anak.
            Halmayati berbicara serius kepada Kandiawan kapan bisa menikahinya. Kandiawan mengatakan agar Halmayati menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu baru dipersiapkan untuk pernikahan. Karena janji itu Halmayati menjalani semerter 8 dengan giat. Ia tidak sabar untuk menikah dan memenuhi permintaan kedua orangtuanya. Akhirnya, skripsi telah selesai dilalui dan Halmayati telah dinyatakan lulus sarjana strata satu Administrasi Negara dengan gelar doktoranda. Setelah lulus, Halmayati mengabarkan Kandiawan bahwa dirinya telah lulus. Halmayati mengajak Kandiawan untuk menikah sebelum wisuda. Karena permintaan kekasih hatinya akhirnya Kandiawan menyanggupinya. Mereka merundingkan kapan tanggal dan di mana tempat mereka akan menikah. Tanggal pernikanan dan letak resepsi pernikahannya belum bisa ditetapkan karena Kandiawan masih harus bekerja beberapa hari kedepan.
            Kandiawan meminta ijin cuti dari kantornya untuk mengadakan pemberkatan nikah selama dua minggu. Perusahaan tempat Kandiawan bekerja memberi ijin cuti tetapi hanya 10 hari karena Kandiawan harus pindah lagi dari Tenggarong ke Pontianak. Ini dilakukan karena memang pekerjaan Kandiawan yang mengharuskannya berpindah-pindah. Kandiawan mengatakan ke Halmayati kalau sehabis menikah ingin pindah ke Pontianak karena urusan pekerjaan. Karena tidak ingin orangtuanya kecewa, akhirnya kedua calon mempelai ini berpikir dalam waktu dekat akan mengadakan pemberkatan pernikahan. Keduanya dilema dengan waktu yang sangat singkat. Halmayati harus wisuda, sedangkan Kandiawan harus dikejar waktu karena waktu cuti yang sedikit. Setelah berbicara bersama menyatukan pikiran, mereka sudah mantap menetapkan hari bahagia tersebut.

Hari bahagia
            Setelah kurang lebih satu tahun menjalani masa pacaran dan berpikir bersama untuk tanggal pemberkatan pernikahan, hari yang ditunggu akhirnya datang juga. pada tanggal 14 Oktober 1995, Halmayati dan Kandiawan resmi mengadakan pemberkatan pernikahan di sebuah gereja di Melak. Sebuah pemberkatan nikah yang sederhana. Gereja Kemah Injil Indonesia Melak menjadi tempat pilihan mereka untuk meresmikan hubungan mereka menjadi pasangan suami istri. Tempat ini dipilih karena ini adalah tempat beribadah Halmayati saat kecil. Dia menganggap gereja ini adalah salah satu yang membesarkannya dan tempat ia bertumbuh.
Pemberkatan pernikahan yang sederhana ini dihadiri semua keluarga besar dari Halmayati termasuk kedua orangtua kandung dan angkatnya. Keluarga dari mempelai pria tidak bisa menghadiri pemberkatan pernikahan ini karena seluruh keluarga mempelai pria berada di Jawa Tengah. Sebelum itu mempelai pria sudah memberitahu keluarganya tentang kabar bahwa dirinya ingin menikah di Kalimantan Timur. Ia juga sudah memberitahu tentang hari pemberkatan pernikahan ini serta calon mempelai wanitanya. Keluarga dari Kandiawan setuju dengan wanita pilihannya, sehingga langsung diijinkan untuk menikah. Walaupun hanya dihadiri keluarga dari pihak mempelai wanita, pemberkatan pernikahan berlangsung dengan lancar. Akhirnya, Halmayati dan Kandiawan resmi menjadi pasangan suami istri. Wajah keduanya tampak sangat bahagia sesaat setelah pemberkatan pernikahan.
Setelah pemberkatan pernikahan, keesokan harinya mereka langsung mengadakan resepsi pernikahan. Resepsi pernikahan diadakan di tempat yang sama yaitu di Gereja Kemah Injil Indonesia. Resepsi dihadiri seluruh keluarga dekat, kerabat, teman-teman, serta warga sekitar. Resepsi pernikahan berlangsung dengan lancar.
Setelah dua hari mengadakan pemberkatan dan resepsi pernikahan masih ada tugas lagi yang harus dikerjakan sebelum mereka siap tinggal serumah. Halmayati harus wisuda terlebih dahulu agar resmi menjadi sarjana strata satu dan gelar Doktoranda bisa dipakai. Tanggal 17 Oktober Halmayati berangkat kembali ke Tenggarong bersama orangtua angkatnya. Kemudian, keesokan harinya pada tanggal 18 Oktober 1995 Halmayati akhirnya di wisuda ditemani oleh kedua orangtua angkatnya serta suaminya.
Setelah di wisuda Halmayati harus mengikuti suaminya ke tempat kerja yang berada di Pontianak. Sebelum berangkat Halmayati pamit dahulu ke orangtua kandung dan angkatnya mengucapkan terima kasih karena sudah mengurusnya sejak kecil. Halmayati masih bingung memikirkan tempat tinggal di Pontianak. Suaminya menjanjikan akan ada rumah disana diberikan oleh kantor sehingga tidak perlu repot-repot memikirkan tempat tinggal. Halmayati mendengar kabar tersebut kelihatan sangat bahagia.
Pada tanggal 20 Oktober 1995 mereka bersama-sama berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka berdua sama-sama baru pertama kali menginjakkan kaki di kota Pontianak ini. Untungnya kantor suaminya memberikan mobil jemputan saat di Pontianak dan mengantarkan mereka berdua sampai ke rumah yang telah diberikan oleh pihak kantor. Rumah tersebut juga diberikan lengkap beserta perabotannya. Mereka berdua sangat bahagia karena mendapatkan keberuntungan.
Namun terkadang Halmayati harus merasakan sedih, karena sering ditinggal sendirian di rumah saat suaminya bekerja. Memang Halmayati belum terbiasa saat ditinggal sendirian. Kemudian, ia juga belum mengetahui adat orang asli Pontianak.

Mengandung anak pertama
            sudah hampir tiga bulan Halmayati tinggal bersama suaminya. Halmayati jadi sudah terbiasa saat ditinggal Suaminya bekerja dan ia juga sudah mempunyai tetangga yang biasa diajak mengobrol saat sedang sendiri. Tiba-tiba pada suatu hari Halmayati merasakan mual-mual dan ingin muntah. Halmayati mengabarkan itu ke suaminya kalau dirinya sedang tidak enak badan dan mual-mual. Suaminya yang saat itu sedang bekerja langsung meminta ijin ke kantornya untuk mengurus istrinya yang sedang sakit. Kantornya pun mengijinkannya untuk pulang. Kandiawan bergegas pulang kembali ke rumah. Istrinya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa apa penyakit yang sedang diderita istrinya.
            Setelah diperiksa oleh dokter di salah satu rumah sakit yang berada di Pontianak tersebut ternyata membawa kabar bahagia. Halmayati sekarang sedang mengandung anak pertamanya. Usia janinnya sudah menginjak 1 minggu. Mendengar kabar bahagia itu mereka terlihat bahagia karena akan mempunyai anak. Halmayati tidak akan merasa sendiri lagi karena akan ditemani anaknya ketika lahir nanti. Walaupun begitu, ia harus berjuang mengurusi bayi yang akan lahir ini. Pasangan suami istri ini membeli berbagai keperluan yang dibutuhkan untuk seorang ibu yang hamil menjaga kondisi bayi yang ada diperutnya agar tetap sehat.
            Ternyata kembali Kandiawan harus pindah lagi karena pekerjaannya. Saat usia kandungan yang sudah menginjak tiga bulan Halmayati harus ikut suaminya ke Samarinda. Di Samarinda Kandiawan diberikan sebuah rumah lagi karena kantor tempatnya bekerja mengetahui kalau ia mempunyai istri yang sedang hamil. Mendengar kabar tersebut Kandiawan sangat senang telah mendapatkan banyak bantuan dari kantornya. Akhirnya mereka berdua berangkat ke Samarinda menggunakan pesawat dalam kondisi istrinya yang sedang hamil. Perjalanan ini lumayan panjang karena mereka harus ke Balikpapan dahulu. Tidak ada pesawat yang langsung mengantarkan mereka dari Pontianak ke Samarinda. Setelah sampai di Balikpapan, mereka harus menggunakan perjalanan darat ke Samarinda. Untungnya Halmayati kuat sepanjang perjalanan sehingga tidak minta yang aneh-aneh dan merepotkan.
            Setelah sampai di Samarinda mereka akhirnya bisa kembali beristirahat. Keeseokan harinya sama seperti biasa suaminya sering meninggalkan Halmayati karena tugas dari kantor. Kali ini Halmayati bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan karena dia sudah mengetahui tempat ini dan cepat mengenal orang di sekitarnya.

Lahirnya anak pertama
            Pada tanggal 24 Juni 1996 saat sedang memasak untuk makan malam suaminya sekitar pukul 19.00 WITA pagi, tiba-tiba Halmayati merasakan sakit di perutnya. Ia merasakan ada kontraksi di perutnya yang artinya ia akan segera melahirkan. Ia pun memberitahu suaminya dan mengatakan kalau perutnya sangat sakit. Suaminya agak sedikit panik melihat keadaan istrinya yang memegang perutnya. Akhirnya, dengan mobil kantor ia dan istrinya pergi ke rumah sakit bersalin terdekat. Rumah sakit bersalin ini terletak di Kecamatan Loa Janan, Samarinda. Istrinya dibawa oleh para perawat ke ruangan ICU dan akan menjalani proses kelahiran. Dengan cemas suaminya menunggu di ruang tunggu menanti kabar dari dokter.
            Setelah beberapa jam menunggu, waktu menunjukkan pukul 00.15 WITA dokter keluar dan memperbolehkan suaminya masuk karena bayi sudah lahir. Bayi lahir tepat pada pukul 23.45 WITA. Bayi dan Ibunya yaitu Halmayati, keduanya terlihat sehat setelah menjalani proses kelahiran yang bisa dibilang lama ini. Bayi yang baru lahir ini menangis keras. Bayi dilahirkan secara normal dan berjenis kelamin laki-laki. Berat bayi laki-laki tersebut saat lahir adalah 4,2 Kilogram dengan panjang 52 sentimeter. Tugas mereka adalah memberikan nama bagi bayi itu. Mereka memberikan nama Stefan Loranthifolia untuk bayi itu. Nama itu diberikan oleh sang ayah yang telah memikirkan nama itu saat sedang bekerja. Stefan artinya yang dimahkotakan dan Loranthifolia yang diambil dari bahasa latin salah satu jenis kayu yang kuat, indah, dan mahal harganya karena sangat langka. Mereka memberikan nama tersebut agar bila nanti besar bisa menjadi orang yang kuat, selalu bisa diandalkan orang lain, hatinya baik, dan sukses diantara orang-orang. Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, akhirnya mereka pulang ke rumah karena kondisi Halmayati sudah segar kembali.
            Kelahiran bayi ini membuat warna baru bagi keluarga ini. Selama 9 bulan mengandung akhirnya bayi ini lahir dengan selamat. Mereka berdua pun membeli keperluan-keperluan yang dibutuhkan untuk seorang bayi, seperti baju bayi, susu, dan mainan. Saat di rumah, Halmayati kini punya kesibukan baru. Ia merasa tak kesepian lagi saat ditinggal suaminya bekerja. Namun, beberapa hari kemudian suaminya memberi kabar lagi kalau mereka harus pindah ke Pontianak lagi, karena urusan pekerjaan. Halmayati hanya bisa mengiyakan saat harus terus berpindah-pindah. Suaminya berkata kalau ini merupakan pindah yang terakhir karena pihak kantor sudah menetapkan jabatan tetap disana. Halmayati merasa lega karena sudah tidak perlu lelah berpindah-pindah.
            Merekapun berpindah lagi menuju Pontianak. Rumah lamanya yang sempat diberikan oleh pihak perusahaan tidak mau digunakan kembali karena suaminya sudah membelikan sebuah rumah yang bisa digunakan sebagai tempat tinggal istrinya dan anaknya.

Anak tunggal
            Semakin lama Stefan mulai semakin tumbuh besar. Halmayati selalu memberikan makanan terbaik untuk anaknya. Stefan kini sudah mulai bisa berjalan dan berbicara. Halmayati adalah seorang yang sangat disiplin. Begitu juga ia turunkan kepada anaknya. Ia tidak mau melihat anaknya tidak disiplin, jadi ia mulai menumbuhkan sikap disiplin sejak kecil.
            Saat anaknya sudah mulai sekolah ia juga tetap mengajarkan untuk disiplin. Ia jarang memanjakan anaknya. Anaknya dibiasakan untuk bangun pagi-pagi. Kadang bila anaknya tak mau mendengarkan ia harus menggunakan sedikit kekerasan. Sikap disiplin ini ia tanamkan agar nanti kelak anaknya bisa menjadi anak yang bisa diatur dan bisa ditempatkan di mana saja. kedisiplinan yang diterapkan untuk anaknya ini, seperti makan yang harus teratur, waktu bermain dan menonton televisi yang dibatasi, dan waktu belajar yang teratur.
            Karena ia tak ingin seperti ayahnya dulu yang tak pernah mengenyam pendidikan, anaknya diberikan pendidikan sejak dini di mulai dari Taman Kanak-Kanak. Sejak kecil karena kedisiplinan ini anaknya mendapatkan prestasi yang memuaskan. Sejak Taman Kanak-Kanan anaknya selalu mendapatkan juara kelas. Kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar prestasi anaknya tidak pernah menurun. Ajaran disiplin yang diterapkan sangat berguna untuk anaknya. Walaupun sedikit menggunakan kekerasan, ajaran ini bisa membuat anaknya bangga dengan prestasinya sendiri. Semakin hari Stefan bertumbuh menjadi anak yang paling disayang oleh orangtuanya karena sekarang Stefan adalah seorang anak tunggal. Halmayati tidak mau menambah momongan lagi untuk keluarganya karena sudah terlalu tua

Membuka usaha
            Pada tahun 2012, Halmayati mencoba membuka lahan bisnis berupa menjual barang secara online. Ia menjual berbagai macam pakaian wanita hingga sepatu. Ia mendapatkan modal dari hasil menabung dari gaji suaminya. Tak disangka ia lumayan mendapatkan keuntungan yang lumayan dari berjualan secara online ini. Dari hasil penjualannya ini ia ingin membantu orangtuanya di kampung yang semakin lama semakin tua dan sudah tidak mampu bekerja lagi.
            Setelah dirasa keuntungannya cukup, ia mulai membangun sebuah ruko di tempat ia lahir, yaitu Melak. Ia membuka ruko di sebidang tanah yang telah diberikan oleh ayahnya. Ia tak mau menyia-nyiakan pemberian ayahnya. Ia ingin dari sebidang tanah ini bisa membantu orangtuanya di rumah, karena orangtuanya sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja. Ia membuka ruko yang menjual berbagai macam sembako dan pakaian wanita. Ia membuka bisnis ini karena ia tidak mau terlalu bergantung pada gaji suaminya. Ia ingin berusaha mendapatkan penghasilan sendiri agar bisa membantu keuangan suami dan anaknya serta orangtuanya yang berada di kampung halaman.

            Sampai sekarang di umurnya yang telah menginjak 44 tahun ia masih bertahan dengan bisnis sembako dan menjual berbagai macam pakaian wanita. Anaknya sudah bisa dikuliahkan di salah satu universitas di Tangerang. Suaminya sampai sekarang masih bertahan di perusahaan tersebut, namun sekarang sudah berada di kantor pusat yang berada di Jakarta, tapi tetap saja pekerjaannya membuatnya selalu berpindah-pindah. sekarang Halmayati sudah tidak pernah mengikuti suaminya lagi. Ia juga sekarang suka berpindah-pindah tempat karena terkadang harus melihat kondisi tokonya, melihat kondisi anaknya di Tangerang, melihat kondisi rumahnya di Pontianak, dan kadang  ke Jakarta untuk bertemu suaminya.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com